Dalam Islam, hadis atau perkataan Rasulullah SAW adalah sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Hadis mengandung petunjuk bagi umat Islam tentang cara hidup yang baik dan benar. Salah satu tema yang sering disebutkan dalam hadis adalah tentang dunia bagi orang beriman (mu’min) dan kafir.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut ini, dunia bagi orang beriman dan kafir memiliki perbedaan yang besar:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ"
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir."
Hadis ini mengandung makna yang dalam dan mengajarkan umat Islam untuk memahami bahwa dunia bukanlah tempat tinggal yang abadi, namun hanya sementara. Oleh karena itu, dunia dianggap sebagai penjara bagi orang beriman karena ia penuh dengan cobaan dan ujian yang harus dihadapi oleh mereka untuk mencapai akhirat yang lebih baik.
Sebaliknya, dunia dianggap sebagai surga bagi orang kafir karena mereka menghabiskan hidup mereka dengan mengejar kesenangan duniawi tanpa memperhatikan akhirat. Mereka hidup dengan segala keinginan mereka terpenuhi tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama.
Namun, hadis ini tidak dimaksudkan untuk membuat orang beriman merasa terjebak atau tertekan oleh keadaan duniawi. Sebaliknya, hadis ini menekankan pentingnya menjalani hidup dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Kita sebagai umat Islam harus memahami bahwa dunia bukanlah tempat yang abadi dan kita harus mempersiapkan diri untuk akhirat yang lebih baik.
Salah satu hadis yang menceritakan tentang pandangan dunia bagi mu’min dan kafir adalah sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Dunia ini adalah penjara bagi orang mu'min dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim)
Hadis ini mengandung makna yang dalam bagi para penganut Islam. Dunia ini seakan-akan menjadi penjara bagi orang yang beriman. Penjara di sini bukan hanya dalam arti fisik, tetapi juga dalam arti spiritual. Sebab, seorang mu’min harus menahan diri dari godaan dunia yang sementara dan fana.
Di sisi lain, hadis ini juga mengajarkan bahwa dunia ini adalah surga bagi orang kafir. Hal ini karena, kebanyakan orang kafir lebih mengutamakan kesenangan dunia ketimbang kehidupan akhirat. Mereka lebih mementingkan kesenangan duniawi yang sementara daripada kebahagiaan abadi di akhirat.
Namun, hadis ini tidak boleh diartikan secara harfiah. Seorang mu’min tidak boleh menganggap dunia sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Sebab, Allah SWT menciptakan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia. Oleh karena itu, seorang mu’min harus memperlakukan dunia dengan bijaksana dan berusaha untuk mendapatkan keberkahan Allah SWT di dalamnya.
Dalam Islam, seseorang tidak dianggap kafir hanya karena ia lebih mengutamakan kehidupan duniawi. Sebaliknya, status kafir atau mu’min ditentukan oleh keimanan dan amal perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, seorang mu’min tidak boleh meremehkan atau menghakimi orang lain berdasarkan tindakan mereka di dunia ini.
Dalam kesimpulannya, hadis ini mengajarkan bahwa dunia ini merupakan ujian bagi manusia. Seorang mu’min harus berusaha untuk menahan diri dari godaan dunia yang sementara dan fana serta memandang dunia sebagai tempat untuk mendapatkan keberkahan Allah SWT.
Sementara itu, orang kafir yang lebih mengutamakan kesenangan dunia dianggap hidup di dalam surga dunia, tetapi itu tidak menjamin kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, seorang mu’min harus berusaha untuk senantiasa memperbaiki amal perbuatannya dan menunjukkan kebaikan kepada semua orang.